PDM Kabupaten Jombang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Jombang
.: Home > Sejarah

Homepage

Sejarah

Berdirnya Muhammadiyah di Jombang tidaklah lepas dari jasa tiga tokoh  yaitu , H. Rifa’i,  Moh. Kusen dan H. Nur Salim. “Tiga serangkai” inilah yang telah melakukan langkah-langkah strategis yang penuh dengan rintangan dan tantangan serta pengorbanan yang luar biasa. Tahun 1342 H / 1924 M. mejadi tahun penting bagi warga Muhammadiyah Jombang, karena pada tahun tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Muhammadiyah di Jombang. Ada beberapa langkah awal yang dilakukan oleh “Tiga serangkai”  menuju proses didirikannya Muhammadiyah di Jombang.
Pertama, pada bulan Ramadhan Tahun 1342 H. “Tiga serangkai” sowan kepada KH. Wahab Hasbullah di Tambak Beras, untuk berkonsultasi dan memohon do’a restu bahwa akan didirikan Muhammadiyah di Jombang.  Dalam pertemuan ini, KH. Wahab Hasbullah menyambut dengan senang hati dan merestui karena Muhamadiyah adalah perkumpulan yang menyiarkan agama Islam.
Kedua, satu bulan berikutnya, tepatnya pada bulan Syawwal 1342 H./1924 M. “Tiga serangkai “ tersebut bersilaturrahiim/sowan kepada KH. Bisri Syamsuri di Den Anyar Jombang. Dalam pertemuan ini seperti halnya KH. Wahab Hasbullan, maka KH. Bisri Syamsuri pun  mengiyakan dan merestui berdirinya Muhammadiyah di Jombang, karena banyak umat Islam di Jombang yang masih belum mengerti tentang agama Islam, terutama para “priyayi-priyayi”.
Ketiga, setelah bertemu dengan dua orang Tokoh Jombang tersebut, maka “Tiga serangkai” melaporkan/ sowan kepada Tokoh Muhammadiyah Jawa Timur yaitu KH. Mas Mansur di Surabaya.
Pada saat tiga perisitis Muhammadiyah Jombang bersilaturrahim/ melaporkan kepada KH. Mas Mansur, ada pesan-pesan antara lain :
1.    Kita sebagai pewaris Nabi Muhammad SAW harus mencontoh beliau dalam berdakwah, yakni harus bijaksana.
2.    Saudara-saudara jangan ada pamrih apa-apa dalam membawa Islam di tengah-tengah masyarakat, hanya “liwajhillah dan limardlotillah”
3.    Saudara-saudara jangan berputus asa dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan. Makin bertambah iman makin bertambah berat and sengsara ujian dari Allah SWT.
4.    Saudara-saudara jangan marah apabila dicela, dihina, dicaci maki dan diolok-olok orang. Ingatlah dalam sejarah  akan Al Qur’an dan sejarah hidup Rosulullo SAW.
5.    Saudara-saudara masih banyak kekurangan ilmu, sayapun masih banyak kekurangan, maka janganlah berhenti mencari ilmu sebelum mati, walau Saudara-saudara nantinya menjadi pengurus Muhammadiyah di Jombang.
6.    Ingat ! Sebentar lagi Van Der Plaas / Snock Hougronye akan datang ke Jombang. Dia selalu mengadu domda umat Islam, agar umat Islam jangan bersatu . Dia sekarang bisa mengatakan “iya”        atau “senang” tetapi mungkin besok akan berkata “tidak” dan membenci serta menghalangi atau bahkan melarang langkah dan gerak Saudara-saudara.
7.    Saudara-saudara jangan menyalahkan teman yang salah. Usahakan dengan sebaik-baiknya, teman itu mengakui kesalahannya. Ingatlah bahwa setiap manusia itu mempunyai kekhilafan dan kesalahan, hanya besar kecilnya yang berbeda.
8.    Saudara-saudara setelah pulang ke Jombang, segeralah adakan pertemuan untuk membentuk pengurus. Setelah pengurus nanti terbentuk segeralah menyusun rencana dan rencana itu harus diingat dan dikaji setiap ada pertemuan. Ingat jangan bosan dan putus asa.
 
9.    Saudara-saudara, pesan saya yang terakhir, yaitu janganlah lupa setiap pertemuan membawa Al Qur’an, sebab itu mengingtkan  kita bahwa hidup itu pedomannya Al Qur’an.
Setelah bersilaturrahiim dan pulang ke Jombang, maka ketiga orang tersebut mengadakan pertemuan.
Pertemuan pertama mengundang orang-orang yang sefaham dan yang patut untuk diundang dengan sangat hati-hati. Orang-orang yang diundang tersebut antara lain : 1. H. Mu’thi, 2. Moh. Bilal, 3. Matasim, 4. Umar Said, 5. Joyo Kasan, 6. Pak Mat, 7. Pak Pupah, 8. Abd. Wahab, 9. Mustakim, 10. Joyo Ma’un, 11. Masran, 12. R. Isman, 13. Pak Niti, 14. Pak Ali, 15. Pak Syahid, dll. Pertemuan ini terjadi pada tahun 1342 H / 1924 M. Pada pidato pembukaanya dibacakan Surat Ali Imron 104 dan Surat Al Ma’un, sebagai landasan berpijaknya organisasi.
Dalam pertemuan tersbut di atas, terpilihlah  9 (Sembilan) orang Pengurus Pertama Muhammadiyah Jombang dengan Susunan sebagai berikut :
1.         Pelindung        :           H. Mu’thi
2.         Penasehat        :           H. Nur Salim
3.         Penasehat        :           Moh. Bilal
4.         Ketua              :           H. Rifa’i
5.         Sekretaris        :           Matasim
6.         Bendahara       :           Umar Said
7.         Komisaris        :           Moh. Kusen
8.         Komisaris        :           Djojo Kasan
9.         Komisaris        :           Mustaqim
Selesei pertemuan tersebut, para undangan bubar, tinggalah Sembilan orang tersbut dan berembuk membicarakan langkah selanjutnya, yakni menyusun program kerja.
Program kerja yang dibicaraka adalah berdasarkan pesan dari KH. Mas Mansur, yaitu antara lain agar dalam perjalanan organisasi diutamakan keikhlasan dan jangan sampai saling bertabrakan. Ada 11 program kerja pertama pengurus Muhammadiyah Jombang, yaitu :
1.       Pengurus bertekad mengaji kepada Bapak KH. Mas Mansur di Surabaya atau beliau didatangkan ke Jombang, niat ini tidak boleh gagal.
2.       Setiap bulan mengadakan pengajian rutin dari rumah pengurus ke rumah pengurus yang lain, dan yang memberi pengajian adalah Bapak H. Rifa’i.
3.       Mengadakan pengajian umum dengan mengundang orang-orang yang bukan Muhammadiyah di tempatkan di langgar/musholla yang boleh ditempati. Penceramahnhya adalah Bapak H. Nur Salim.
4.       Mengadakan diskusi atau pengajian khusus penelitian hokum-hukum Islam yang ada dalam Al Qur’an dan Hadits, sehingga akan mendapatkan kemurnian/kebenarannya. Apabila tidak dapat memecahkan masalah, akan dibawa ke Surabaya atau mendatangkan KH. Mas Mansur.
5.       Membuat Rumah Yatim. Program inilah yang paling berat untuk dilaksanakan karena membutuhkan dana yang tidak sedikit. Diupayakan rencana ini dapat terlaksana dengan cepat sehingga akan tampak oleh masyarakat dan akan mendatangkan simpatik yang lebih banyak. Maka diputuskan mencarai rumah untuk penampungan anak yatim, sebab kalau program ini tidak dijalankan akan terkena ancaman dari Surat Al Ma’un.
6.       Sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, maka dalam melaksanakan sholat Idul Fitri dan Idul Adha direncakan dan dilaksanakan di tanah lapang.
7.       Pengumpulan zakat fitrah dan ternak qurban pada setiap  hari raya Idul Fitri dan Adha, sebelum membagi dilaksanakan takbir keliling
8.      Apabila terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan selalu diadakan sholat gerhana.
9.       Mengadakan kursus/pengajian tentang merawat jenazah, termasuk juga cara merawat dalam  keadaan sakit hingga meninggal dunia
10.     Mengadakan pengajian masalah khusus, yaitu Aqidah, Ibadah, Mu’amalah dan Akhlaq Karimah hatus sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasuul serta meghilangkan berbagai penyakit agama.
11.     Setiap selesei pertemuan pengurus atau pengajaian pengurus, selalu disampaikan wasiat dan pesan KH. Ahmad Dahlan, yaitu : Dalam setiap langkah dan gerak supaya mendapat ridla dari Allah SWT maka hati harus bersih dan ikhlas. Apabila sudah berhasil maka harus : Bersyukur kepada Allah, Jauhkan sifat takabbur, Bersabar bila mendap musibah, jangan putus asa dan Bertawakkal kepada Allah SWT.
 
Dalam catatan sejarah Muhammadiyah, awal perkembangan /penyebaran Muhammadiyah pada saat  kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1923), terbatas di karesidenan-karesidenan tertentu seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, Pekajangan dan daerah Pekalongan. KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim  hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Awal berdirinya Muhammadiyah Jawa Timur, tidak terlepas berdirinya Muhammadiyah Cabang pertama Surabaya. Konon  pada saat kedatangan KH. Ahmad  Dahlan yang kali kedua di Surabaya, maka diresmikanlah berdirinya “MUHAMMADIYAH CABANG SURABAYA”, yaitu tanggal 1 Nopember 1921 M dan KH. Mas Mansur diangkat sebagai Ketua.  Selanjutnya dalam perkembangan sejarah Pimpinan Muhammadiyah, KH. Mas Mansur diangkat mejadi Ketua Muhammadiyah ke 4 yaitu periode 1936-1942.
Dengan demikian maka berdirinya Muhammadiyah di Jombang pada tahun 1924, pada saat itu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah KH. Ibrahim (1923-1932) sedangkan pada periode itu  pula sudah terbentuk Pimpinan Cabang Surabaya dengan Ketua KH. Mas Mansur tahun 1921 .
Berikuta nama-nama Ketua Ketua Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Jombang :
 
No
Nama Ketua
Periode
Keterangan
1
H. Muhammad Rifa’i
1923 - 1932
Rapat Tahun 1 *)
2
H. Muhammad Rifa’i
1932 - 1967
Rapat Tahun 2 *)
3
KH. Sidik Abas
1967 - 1971
SK. PPM. No. 90/D.M/Tg.4-6-67
4
KH. Abdullah Mu’thi
1972 - 1974
SK *)
5
KH. Abdullah Mu’thi
1974 - 1978
SK *)
6
Noor Effendi
1978 - 1981
SK PPM. L.063/78-81
7
Noor Effendi
1981 - 1985
SK *)
8
Noor Effendi
1985 – 1990
SK.PPM. No. A-2/SKD/193/8590
9
Noor Effendi
1991 – 1995
SK.PPM. No. A-2/SKD/447/9195
10
KH. Abdul Muchid Djaelani
1995 – 2000
SK.PPM. No. A-2/SKD/048/9500
11
KH. Abdul Muchid Djaelani
2000 - 2005
SK*)
12
dr. H. Rachmat Hadi Santoso, Sp A.
2005 – 2010
SK. PWM. No. 020/KEP/II.0/D/2006
13
dr. H. Rachmat Hadi Santoso, Sp A.
2010 – 2015
SK. PWM. No. 208/KEP/II.0/D/2011
14
Ir. H. Abdul Malik, MP.
2015 – 2020
SK.PWM. No. 154/KEP/II.0/D/2016
 
*) Dokumen dalam proses penelusuran

 

 


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website